
Selompok siswa SMA dari sebuah sekolah di Jawa Tengah memutuskan untuk melakukan kegiatan berkemah di Gunung Slamet, salah satu gunung terbesar dan paling misterius di Jawa. Mereka berjumlah sepuluh orang, dipimpin oleh Pak Arif, guru olahraga yang dikenal tegas namun baik hati. Rencananya, mereka akan mendaki hingga ke pos terakhir sebelum puncak, lalu mendirikan tenda di sana untuk bermalam.
Hari itu cuaca cerah, dan perjalanan berjalan lancar. Namun, saat matahari mulai terbenam, kabut tebal tiba-tiba menyelimuti gunung. Suhu pun turun drastis. Meski begitu, semangat mereka tidak pudar. Mereka berhasil mencapai lokasi perkemahan dan segera mendirikan tenda. Setelah makan malam sederhana, mereka duduk mengelilingi api unggun, bercerita dan bernyanyi.
Saat tengah malam tiba, suasana mulai berubah. Angin berhembus kencang, membuat ranting-ranting pohon bergoyang seperti tangan-tangan yang mencoba meraih sesuatu. Suara-suara aneh mulai terdengar, seperti bisikan-bisikan yang tak jelas asalnya. Beberapa siswa mulai merasa gelisah, tapi mereka mencoba menenangkan diri dengan berpikir itu hanya suara alam.
Tiba-tiba, salah satu siswa bernama Rina berteriak. Dia mengaku melihat sosok bayangan hitam berdiri di antara pepohonan, menatap ke arah mereka. Semua orang menoleh, tapi tak ada yang terlihat. Pak Arif mencoba menenangkan mereka, mengatakan itu mungkin hanya ilusi karena kelelahan.
Namun, kejadian aneh terus berlanjut. Beberapa siswa mengaku mendengar suara tangisan bayi dari kejauhan, padahal tak mungkin ada bayi di gunung sepi seperti ini. Lalu, salah satu tenda tiba-tiba roboh sendiri, padahal tidak ada angin yang cukup kuat untuk melakukannya. Ketika mereka mencoba memperbaikinya, mereka menemukan jejak kaki kecil di sekitar tenda, seperti jejak kaki anak-anak, tapi lebih aneh dan tidak wajar.
Ketegangan semakin memuncak ketika Andi, salah satu siswa, tiba-tiba menghilang. Mereka berteriak memanggil namanya, tapi tidak ada jawaban. Pencarian dimulai, dan akhirnya mereka menemukan Andi di sebuah tebing kecil, berdiri dengan tatapan kosong. Dia seperti tidak mengenali mereka, dan terus bergumam sesuatu yang tidak jelas. Ketika mereka membawanya kembali ke tenda, Andi tiba-tiba pingsan.
Malam itu, tidak ada yang bisa tidur. Suara-suara aneh semakin keras, dan bayangan-bayangan terus bergerak di sekitar mereka. Beberapa siswa mengaku melihat sosok-sosok tinggi dengan wajah yang tidak jelas, mengintai dari balik pepohonan. Bahkan Pak Arif, yang biasanya tenang, mulai terlihat panik.
Saat fajar mulai menyingsing, kejadian aneh itu berhenti secepat dimulainya. Mereka memutuskan untuk segera turun gunung, membawa Andi yang masih belum sadar sepenuhnya. Setibanya di desa terdekat, mereka menceritakan pengalaman mereka kepada penduduk setempat. Salah satu tetua desa menggeleng pelan.
“Kalian berkemah di tempat yang salah,” katanya dengan suara berat. “Itu adalah tempat yang sering dihantui oleh arwah penasaran. Mereka adalah korban dari tragedi lama, ketika sekelompok pendaki hilang dan tidak pernah ditemukan.”
Mendengar itu, semua siswa merinding. Mereka bersumpah tidak akan pernah kembali ke gunung itu lagi. Namun, sejak malam itu, beberapa dari mereka sering mengalami mimpi buruk, dan Andi masih sering terbangun di tengah malam, berteriak ketakutan seolah-olah melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain.
Gunung Slamet memang indah, tapi di balik keindahannya, tersimpan misteri dan teror yang tak akan pernah terlupakan.